28.8.19

Ibu Penjual Tisu

Gelap malam menyelimuti Kota Jakarta. Tapi tidak dengan penghuninya. Hingar bingar Kota Jakarta. Muda-mudi ,tua-muda hingga anak-anak hilir mudik dijalanan, pusat perbelanjaan, taman hiburan. Aku berjalan disalah satu keramaian untuk mencicipi sebuah makanan. Sekaligus mengisi amunisi untuk melewati perjalanan menuju pulang. Tepatnya ini malam Minggu minggu. Beranjak dari sebuah warung pinggir jalan yang sangat ramai pengunjung, tetiba ada yang mendekatiku. Seorang Ibu paruh baya, berkerudung ungu. Wajahnya tampak lelah. Dia menyodorkan sesuatu.
"Mba, beli tisu. Harganya 5rb"
"Maaf bu, lain kali saja"
Aku berlalu begitu saja. Bergegas menyusul temanku menuju sebuah swalayan. Entah kenapa selama di swalayan Aku terus mengingat ibu itu. Ada rasa menyesal kenapa tadi tidak membeli. Semoga saja Ibu itu masih ada disekitar sini. Harapku.
Keluar dari swalayan, tetiba Aku melihat sosok Perempuan berjilbab ungu sambil berdiri dengan badan agak membungkuk. Diusia renta menjelang senja, mungkin sudah seharusnya beliau tak bekerja di Malam seperti ini. Tapi, ada alasan lain yang Kita tak pernah tahu kan?
"Ibu, saya mau beli tisunya"
"Berapa mba?"
"Satu saja ya Bu. Ini uangnya, Ibu nda perlu ngasi kembalian"
"Subhanallah. Masha Allah. Makasi ya mba"
"Iya bu, nda apa"
Kulihat wajah si Ibu sangat terharu, meskipun hanya satu tisu yang kubeli. Ada perasaan lega, karena melihat nya tersenyum. Mungkin buat sebagian orang, itu hanya hal kecil. Hanya uang kecil yang tak berharga. Kadang ada hal-hal yang menurut Kita tak berharga, tapi berharga menurut orang lain. Semoga sukses berjualan & diberi rejeki berlimpah Bu. Pantang menyerah!
Terimakasih untuk pelajaran berharganya Ibu penjual tisu. 

No comments:

Post a Comment