Seikat Bunga Edelweiss

Bunga-Edelweiss by ekipujiani

Seikat paket Bunga Edelweiss di akhir November 2020

“Paket….!!! Mba..paket…!! permisi..paket…!!”

Terdengar suara bapak kurir/pengantar jasa pengiriman barang memanggil didepan pintu rumah. Aku baru saja menyelesaikan sholat dhuha di kamar lantai 2. Dengan terburu aku menjawab panggilan pak kurir. Dengan atasan mukena aku buka jendela kamar yang terbuat dari kaca. Bentuk pintu jendela dengan model sliding/geser, jadi memudahkan aku untuk membukanya. Pak kurir terdengar sudah berkali memanggil.

“Tunggu pak..saya turun kebawah..” jawabku

Kujawab dari jendela kamar yang terdapat balkon dan tanaman bunga-bunga merambat. Sebelum turun kebawah aku tutup jendela kamar agar tak ada debu-debu masuk, karena angin yang cukup kencang.

Aku turun ke lantai satu dengan segera. Dalam benak berkata “paket apa ya? Aku merasa tidak membeli atau memesan sesuatu. Atau mungkin si Nanas memesan sesuatu? “ pikirku saat itu.

Kubuka pintu rumah, tampak pak kurir membawa kardus berisi paket. Kardus yang tidak begitu besar, namun berbentuk persegi panjang. Segera kuterima paket sambil tak lupa aku ucapkan terimakasih sama pak kurir.

Didepan bagian kardus tertulis tulisan dari penjual untuk unboxing terlebih dahulu, untuk memastikan barang yang diterima sesuai pesanan. Seperti tak sabar untuk membukanya dan ingin tahu apa isi paketnya. Aku naik ke lantai 2 menuju kamar, sambil membawa kardus pake tersebut. Sambil menyiapkan handphone untuk mendokumentasikan/unboxing, aku buka terlebih dahulu isolasi/perekat kardus.  

paket-edelweiss-online-shop

Aku buka bagian dalam yang dilapisi dengan plastik bubble wrap berwarna hitam. Kemasan dibungkus rapi oleh penjual online. Woow…Masha Allah..seikat bunga edelweiss nampak didepan mata. Ada tiga warna rupanya, merah, putih dan kuning. Pada dasarnya bunga edelweiss hanya berwarna putih saja. Namun ada yang dibuat kreatif dengan menambahkan cat warna-warni.

Ada rasa bahagia tercipta ketika memandang bunga Edelweiss. Alhamdulillah ada seikat bunga edelweiss di akhir bulan november. Di momen pandemi seperti ini, mencipta rasa bahagia membantu sekali meningkatkan imun tubuh. 

Seikat bunga Edelweiss yang disusun dengan rapi, bentuknya menarik dan warna cerah yang semakin menunjukkan ronanya. 

Sebuah Kisah klasik Bunga Edelweiss

Aku asik membuka paket bunga edelweiss yang masih dibungkus lastik tiap ikatnya. Tak lupa aku mengabari kepada yang sudah memesankan. Hatiku semacam berbunga-bunga berjumpa bunga edelweis. Semerbak aroma bunga edelweiss membawa anganku tentang sebuah kisah klasik di masa kuliah S1.

Saat aku kuliah S1 dulu lumayan dekat dengan beberapa senior kakak angkatan. Ada yang suka mengajak naik gunung. Hingga saat itu ada senior yang yah boleh dibilang ada “sesuatu”. Dahulu dia pernah menjanjikan naik gunung untuk melihat bunga edelweiss. Dulu sebelum dia pergi negeri kincir angin (Belanda) untuk melanjutkan study S2. Namun janji itu mungkin memang belum menjadi takdir yang harus menjadi nyata. Aku tersenyum saja mengingatnya…

 Teringat di tahun 2009 aku pernah datang ke sekitar Gunung Merapi dengan sahabatku. Saat itu aku bilang melepas janji itu dan juga sekaligus kisah klasik itu. Kini aku hanya mengingatnya untuk jadi cerita saja. Semoga dia juga sudah berbahagia dengan kehidupannya. Dan akupun berbahagia dengan kehidupanku.

Aku kembali meresapi aroma bunga Edelwiess. Kemudian mengabdikannya dengan memotret beberapa kali. Sekaligus mengeksplorasi dan melatih skill fotografi. Bunga Edelweiss yang cantik. Banyak yang menyebutnya bunga “Abadi”, tak lekang oleh waktu. Mungkin banyak yang memberi bunga ini sebagai simbol untuk sesuatu yang “Tak lekang oleh waktu”. Tapi yang abadi sebenarnya hanya “Allah” semata.

Bunga Edelweiss ini termasuk flora yang dilindungi. Dan bunga ini dibeli disebuah online shop di kota Gudeg (Yogya). Bukan memetik di gunung ya..😊

Terimakasih untuk seikat bunga Edelweiss cantik di akhir november ini.