24.7.21

Semesta Kita Berbeda

semesta kita berbeda
design by ekipujiani

Cuaca kota hari ini tampak mendung. Awan abu-abu menggelayut di langit kota Jakarta. Shadia duduk diruang tamu seorang diri, sambil membuka buku-buku di meja. Sesekali menikmati cemilan yang dia beli di penjual dekat rumahnya. Suasana hantinya sedang tak tentu arah. Ada rasa yang sudah hilang namun kembali menyergap dalam hatinya.

Beberapa hari kemarin Shadia menerima kabar duka dari beberapa sahabatnya. Tyasti, salah satu sahabatnya yang ditinggal di kota Yogyakarta baru saja ditinggal suaminya. Ya, suami Tyasti meninggal

karena wabah pandemi corona ini.

Tak terbayangkan bagaimana perasaan Tyasti ditinggal suaminya dengan dua orang putranya yang masih kecil-kecil. Shadia berusaha mengirim pesan namun belum di balas, mungkin hati Tyasti masih kalut.

Hari ini Shadia berusaha menelfon, namun belum ada jawaban dari Tyasti. Tak mengapa, mungkin Tyasti sedang butuh waktu untuk menyendiri dan memahami apa yang terjadi. Berat memang, namun sebagai manusia kita hanya bisa berpasrah kepada Allah. Segala sesuatu sudah menjadi kehendakNya, tak ada yang bisa menawar.

Pada akhirnya kita semua juga akan kembali kepadaNya. Hanya saja kita tidak tahu kapan waktunya, hanya Allah yang Maha Mengetahui. Raga kalian mungkin terpisah, namun jiwa pasti menyatu. Shadia mendoakan semoga suami Tyasti husnul khotimah dan keluarga yang ditinggalkan juga diberi kesabaran serta ketabahan.

Shadia mencoba mengalihkan rasa hatinya dengan memasak steak jamur. Dia mencoba resep yang sudah dia peroleh dari instagram Zero Waste Indonesia. Hobinya bereksperimen resep masakan memang sering dilakukannya. Hasil masakannya lumayan, tak kalah sama resto mahal.

Seusai memasak, shadia mencoba duduk lagi disudut ruangan rumahnya. Mencoba menepis bayangan yang hadir dalam mimpinya tadi pagi. Bayangan yang sudah dia coba lupakan, namun belum benar-benar lupa? Entahlah….

Cerita cinta Shadia yang terlalu rumit dan begitu membekas luka dalam hatinya, membuatnya kadang hampir menyerah dengan hidupnya. Beruntung masih ada orang-orang baik dalam hidupnya.

Sosok yang hadir dalam mimpi Shadia adalah sosok yang sudah menoreh kan luka dalam hatinya. Sosok pria yang dekat dengan Shadia selama tiga tahun lebih, namun pria tersebut tetiba meninggalkannya. Sebut saja pria itu bernama Arlo.

Tak ada hujan, tak ada petir Arlo menikah dengan wanita lain. Belakangn Shadia tahu bahwa wanita yang dinikahi sebenarnya sudah dekat sebelum Arlo pamit kepada Shadia. Tak hanya itu, Shadia bahkan baru tahu bahwa Arlo selama ini juga dekat dengan wanita lain bernama Rara.

Shadia mengenal Arlo ketika ada permintaan shooting disuatu lembaga NGO. Selain mengenal Arlo, Shadia berkenalan juga dengan Rara. Namun, sejak Arlo mendekati Shadia hubungan dengan Rara agak menjauh. Sempat shadia bingung dengan sikap Rara yang cenderung kurang mengenakan hati. Lagi-lagi perempuan ketika sudah ada rasa…

Namun, Shadia tak sempat bertanya jauh kepada Rara karena sebelumnya Arlo sudah bilang bahawa “Rara hanyalah rekan kerja, tak ada perasaan lebih”. Setelah hubungan Shadia dan Arlo memudar tak jelas arah, Shadia bertekad menghubungi Rara. Ada rasa yang mengganjal dalam hati Shadia. Meski mungkin rasa sakit yang harus ditanggung, namun Shadia memutuskan untuk menyapa Rara.

Rara bercerita banyak tentang Arlo. Hati shadia cukup sakit untuk menerima kenyataan itu. Namun, mungkin itulah yang sebenarnya. Arlo bukan hanya meninggalkannya menikah dengan wanita lain, tapi juga mengkhianatinya selama ini. Rasa sakit seperti seribu anak panah diarahkan kepada Shadia.

Shadia tak ingin berlarut dan merasa menjadi korban. Butuh waktu memang untuk menyembuhkan luka. Tapi untuk apa menangisi pria yang sudah jelas tak mencintainya, tak bertanggungjawab, menjahati, membohongi dan entah apalagi yang sudah Arlo lakukan.

Kini, bayangan Arlo bersama wanita lain muncul dalam mimpi Shadia tadi pagi. Seperti rasa sakit yang terbangkitkan lewat mimpi, namun terasa begitu nyata. Ketika terbangun Shadia sempat merasa sakit dalam hatinya begitu dalam. “Sesakit inikah?” bisik Shadia

Berkali Shadia berusaha menampik segala perasaanya. “Semesta kita sudah berbeda” kata Shadia dalam hati. Arlo yang dulu awal Shadia kenal adalah pria jujur, tahu agama dan Shadia tak pernah berpikir bahwa Arlo akan setega itu.

Pernah suatu kali Shadia mengikuti kelas psikologi tentang bagaimana cara memaafkan. Salah satunya adalah dengan welas asih kepada masa kecil orang yang menyakiti kita. Mungkin di waktu kecil orang tersebut pernah terluka dan terbawa hingga dewasa. Shadia seang mencoba mencari tahu masa kecil Arlo. Bukan untuk membeberkan aib masa lalu seseorang, namun cukup disimpan untuk dirinya sendiri. Untuk memaafkan Arlo…

 

Lalu, berhasilkah Shadia mencari tahu masa kecil Arlo?

 Bersambung...

 

 

No comments:

Post a Comment