23.10.20

Hujan, Genangan dan Berkah

 

Hujan-berkah-banjir
photo by ekipujiani

10102020- Sabtu malam atau malam minggu langit jakarta tampak mendung. Seusai adzan maghrib berkumandang hujan mulai turun, disertai suara petir yang menggelegar. Dari balik gorden, bayangan kilat petir makin terlihat karena jendela kamar semua dari kaca. Sedikit rasa takut menghampiri, namun aku coba memberanikan diri.

Hujan Deras Mengguyur Kota Jakarta di Malam Minggu

Seusai sholat aku coba melanjutkan dengan mengaji. Suara petir dan air hujan kian terdengar. Karena tinggal sendiri, jadi aku memutuskan untuk dikamar saja. Sambil menunggu adzan isya, aku sedikit rebahan di karpet. Niat untuk menelfon keluarga atau sahabat aku urungkan. Karena cuaca sedang tidak bersahabat.

Tetiba ujung kakiku terasa dingin, seperti menyentuh air. Padahal aku rasa masih di area karpet, kenapa terasa dingin? Aku membatin sendiri. Ku lihat ke ujung kakiku dan sekeliling karpet. Sontak aku kaget, air sudah menggenang kemana-mana. Hanya saja karena tertahan karpet, jadi aliran air ke arah bawah kolong bed. Kulihat dari mana sumber air itu? Sekeliling tembok sudah penuh rembesan air.

hujan-by-ekipujiani

Air mengalir begitu deras melalui celah-celah plafon, kemudia ke lantai-lantai. Rasa panik ada, karena diluar sana hujan masih deras. Dan sejujurnya aku takut petir bila sendirian. Spontan aku tarik karpet, kasur lipat dan barang-barang yang tergeletak dilantai. Aku coba geser almari pakaian yang menempel ke dinding, karena khawatir basah dan merusak furniture. Padahal almari itu sangat berat, tapi mungkin karena the power of kepepet jadilah kuat (hahahaha..)

Box-box baju yang dilantai aku biarkan begitu saja, karena cukup aman dari air. Aku coba cari kain-kain atau baju-baju yang sudah tak terpakai untuk menahan air agar tak meluber kemana-mana. Beberapa potong kaos yang sudah tak terpakai aku taruh diatas aliran-aliran air.

Genangan Air Hujan Mengalir Kesemua Lantai

Ditengah panik, aku coba tetap tenang dan berpikir kritis. Aku keluar dari kamar sambil menarik karpet yang cukup berat, untuk aku taruh di tangga-tangga rumah. Kubuka pintu kamar, pemandangan yang bikin terkaget-kaget terjadi. Lorong lantai dua disemua dinding sudah mengalir rembesan air. Dari ujung ke ujung lorong semua sudah penuh dengan air.

Air yang mengalir di lantai 2 akan mengalir ke lantai 1 melalui tangga-tangga bila tak aku bendung. Akhirnya aku ambil kain dan alat pel untuk mendorong air kearah jemuran yang ada pembuangan airnya. Sebelumnya aku bawa kasur lipat yang sudah basah untuk aku taruh ditangga, agar tak lebih parah lagi basahnya.

Aku coba cek ke lantai 1 sama lantai 3, apakah ada yang bocor lagi atau tidak. Aku naik ke lantai 3, disana pemandangannya hampir sama seperti lanai 2. Air mengalir ke lantai melalui rembesan dinding dan plafon. Sedangkan di lantai 1, hanya ada rembesan air melalui celah dinding dibawah buffet/kitchen set. Sehingga genangan air hanya sedikit dan tidak separah genangan air di lantai 2.

Sambil membersihkan dan mengecek, aku coba membuat dokumentasi lewat video dan foto. Karena aku akan kirimkan ke saudara yang di Perth. Aku kirim lewat WA, namun belum juga direspon. Mungkin dia sudah tidur, pikirku. Karena beda waktu satu jam antara Jakarta dan Perth.


Air hujan kali ini benar-benar deras. Sebelumnya memang pernah hujan, tapi tak pernah ada bocor sampai separah ini. Hampir semua lantai ada genangan dan rembesan air ditiap dinding.

Sekitar pukul 21.00, aku sudah selesai membereskan genangan air di lantai 2. Badan terasa capek dan lapar pun menghampiri. Lantai 1 dan 3 aku putuskan untuk dibersihkan keesokan harinya. Aku coba cari makanan di kulkas, namun tak ada yang sudah siap dimakan. Mau pesan makanan online, rasanya kasihan sama mamang ojol yang nganterin. Bukannya apa-apa, tapi hujan deras dan petir rasanya tidak tega saja.

Akhirnya aku putuskan menghabiskan sedikit nasi yang masih ada di magic com. Karena sebenarnya hawa kantuk sudah sangat-sangat mendera. Lapar bisa ditahan, tapi kalau kantuk aku masih susah. Kata temenku, aku memang pelor. Hahha

Hujan itu membawa berkah

Karena sudah sangat lelah, setelah wudhu dan mengaji sebentar aku memutuskan untuk tidur. Bahkan sudah tidak peduli bagaimana posisi tidur. Pas kebangun, ternyata kaki juga masih bergelantung di pinggir bed. Kulihat handphone, sepertinya saudaraku sudah merespon. Namun, hawa kantuk membuat aku tak sanggup membuka mata.

Keesokan paginya, saudaraku sudah menelfon. Mungkin dia khawatir juga kalau sampai aku kenapa2. Dengan masih mengantuk aku angkat telfonnya. Meski seusai shubuh tak tidur lagi, tapi kayak antara sadar dan engga. Dia kaget dengan rumahnya yang selama ini tidak pernah bocor seperti itu. Karena kondisi rumah juga baru setahun yang lalu dibangun.

Cerita panjang, lebar, lalu tinggi bukan volume benda kali, saudaraku baru tahu bahwa rumahnya separah itu dibangun. Ini pelajaran kedepan ketika membeli rumah, agar lebih sering melakukan pengecekan ketika rumah dibangun. Entah itu lewat developers perumahan atau tukang biasa, tetap harus diawasi pembangunannya. Kalau hujan deras itu tak ada, mungkin saudaraku juga tidak pernah tahu kondisi rumahnya seperti apa. Hujan yang akhirnya membawa berkah.

Aku pamit sebentar untuk membeli bahan makanan dan melanjutkan perbincangan lagi nanti. Saudaraku pun mengiyakan. Aku pergi ke market dekat perumahan dan ke warung sayur langganan.

Aku baru ingat tentang doaku semalam ketika hujan. Entah berapa doa yang aku rapalkan tadi malam ketika hujan. Dan Alhamdulillah doa itu Allah dengar dan kabulkan keesokan harinya. Alhamdulillah

Jadi ingat salah satu pesan guru ngaji. Salah satu waktu mustajab untuk berdoa adalah saat hujan. Jangan mengkambing hitamkan hujan, tapi jadikan hujan adalah momen untuk berdoa sungguh-sungguh. Dikabulkan atau tidak, itu hak prerogrative nya Allah.

Cuaca cerah paginya, lalu aku pun kerja bakti jemur-menjemur. Dikira ada yang ngompol kali ya sama tetangga, taunya rumahnya bocor. Perumahan anti banjir, tapi banjirnya dari dalam rumah karena bocor (hahaha). Lumayan berat jemur kasur dan karpet, tapi gimana lagi. Jadilah bawa kursi kedepan rumah, lalu kutaruh ditasnya karpet dan kasur.

photo by ekipujiani

Dan beberapa saat kemudian, si kucing-kucing malah asik bermain dibawah karpet sama kasur. Asal jangan ditiduran or dikencingin aja ya cing. Rupanya si kucing sedang bermesraan. Yang satu cari perhatian gitu, terus yang kucing jantan pura-pura mengabaikan. Cing kucing kamu ada-ada aja polahnya, aku mbatin sendiri dari dalam rumah sambil liatin polah mereka.

Berharap hujan tidak sederas semalam, karena petirnya juga menakutkan. Meski seneng juga kalau hujan. Bisa berdoa sebanyak-banyaknya. Dan hujan membawa nuansa tersendiri. Rintik hujan yang kadang membawa ingatan tentang sebuah kenangan bukan genangan. Kenangan indah atau kenangan pahit? Tergantung bagaimana memaknainya. 😊

 

 Penikmat Hujan

Eqi ☂

No comments:

Post a Comment