19.5.21

IdulFitri 1442 H (2021), Sepi Sunyi Lebaran

 

 

Hi temans,

idulftri 1442H


 Idulfitri di Jakarta

Kali ini Saya mau berceloteh tentang idulfitri 1442 H yang saya rayakan di Jakarta. Baru pertama kali ini saya lebaran tanpa berkumpul dengan orangtua, saudara bahkan teman. Tahun kemarin saya masih tinggal bersama orangtua di Kampung dan kebetulan corona mengganas jadi belum balik Jakarta lagi kala itu. Tahun ini momen Idulfitri masih dalam suasana pandemi.

Hari lebaran (idulfitri) tahun ini jatuh pada tanggal 13 mei 2021 dihari kamis. Suasana takbir lumayan ramai disekitar luar komplek. Lokasi masjid yang hanya berjarak sekitar 200-300 meter membuat saya merasa ikut bersuka cita mengumandangkan takbir meski hanya dari dalam rumah.

Dua minggu sebelum lebaran, tetangga depan rumah ada yang dinyatakan positif covid-19. Hal ini

membuat suasana komplek makin sepi. Anak-anak yang terbiasa bermain juga hanya sesekali saja terlihat. Dengan kondisi seperti ini, semua orang menjaga diri dengan menerapkan protokol kesehatan. Akupun begitu, meski hanya menyiram tananam aku tetap memakai masker. Waktu lalu aku sempat membeli cairan disenfectant, tak ketinggalan amunisi untuk badan seperti madu, jahe, kurma, dan susu.

Keesokan harinya, tibalah hari lebaran (Idulfitri) . Terlihat hanya satu dua orang keluar komplek untuk sholat ied berjamaah di masjid. Tidak semua orang keluar, karena demi menjaga kesehatan dan kebaikan bersama. Semoga saja pandemi ini segera berlalu, bisa seperti dulu bersalam-salam lagi.

Aku memutuskan untuk shalat sendiri dirumah. Setelah shalat ied, aku bergegas menelfon mama (ibu) dan Bapa di rumah. Rasanya haru dan masih bersyukur aja karena semua dalam kondisi sehat. Meski ini baru pertama kali lebaran sendirian, tapi aku tak begitu melow. Yang kupastikan orangtua, adik dan saudara dalam kondisi sehat ditengah pandemi seperti ini.

Bapa cerita, kalau dilebaran kali ini beliau diamanahi jadi imam shalat idulfitri. Aku sempet was-was juga kalu semisal bapa lupa rakaat atau bagaimana. Alhamdulillah semua berjalan lancar kata mama. Bapa biasa jadi imam di mushola dekat rumah, tapi kalau shalat idulfitri jamaah pasti lebih banyak.

Aku tanya mama masak apa untuk lebaran kali ini. Kata mama gak masak banyak, karena ada saudara anterin makanan dan stok makanan di kulkas juga banyak. Kata mama anal-anak juga gak ada dirumah, jadi takut mubazir kalau kebanyakan. Siangnya paman, bibi, dan saudara-saudara pada datang kerumah. Kebetulan phon jeruk depan rumah sednag berbuah, jadi mereka lebih tertarik makan buah jeruk dibanding makanan berat.

Sorenya bapa dan mama pergi kerumah Eyang (nenek). Nenek, orang yang pinter masak dan kalau lebaran (idulfitri) pasti banyak sekali masakan yang berderet di meja. Kutanya mama, benar saja dirumah nenek sudah bertumpuk makanan. Alhamdulillah, semua sehat dan berkecukupan.

Idulfitri (lebaran) kali ini sudah ada hadiah mukena cantik dari Annas, namun karena shalat dirumah saja jadi belum dipakai. InsyaAllah akan dipakai nanti kalau sudah saatnya. Baju baru bahkan aku tak memikirkan, rasanya bukan masalah baju baru atau tidak saat lebaran itu. Tapi bagaimana memaafkan, kembali membersihkan hati dan bersilaturahim. Toh, beli baju bisa kapan saja (hehehe).

Entah iseng atau bagaimana, aku beli anyaman ketupat diwarung sayur langganan. Awalnya aku ingin membuat opor ayam. Namun, badan sudah beberapa hari terasa panas, kepala pening dan flu. Tetiba iva whatsapp minta alamat rumah. Benar saja, tak berselang lama ada ojek online yang mengantar makanan. Iva sedang di Bandung, dan dia memesan makanan lewat aplikasi ojek online.

 


anyaman ketupat idulfitri

Banyak sekali makanan yang dipesankan Iva, akhirnya saya putuskan untuk memasak ketupat dan opor besok saja kalu sudah agak enak badan. Alhamdulillah, rejeki diakhir Ramadhan. Menu bakpao. Nasi hainan dan soup sudah cukup membuat kenyang perut. Bahkan soupnya saya makan di hari lebaran (idulfitri).

Badan masih kurang bersahabat, akhirnya saya mengucapkan lebaran virtual pun hanya beberpa kontak. Membalas pesan juga perlahan-lahan, karena kepala terasa pening. Digroup whatssapp semua pesan berderet masuk, tapi tak semua terbaca saat itu. Saya membuat flyer idulfitri dan kenaikan isa almasih untuk dipost akun ISPG saja.

Sejenak melihat kehalaman rumah, tapi tak ada manusiapun yang pada keluar untuk bersilaturahim atau sekedar bermaafan. “Orang-orang pada kemana ya?” Tanyakau dalam hati. Sepi sunyi seperti komplek tak berpenghuni. Lalu saya putuskan untuk istirahat sambil negmil-ngemil kue bawang dan keripik pisang. Saya ingin membeli kue, tapi kalau sendiri kok yah rasanya gak enak sekali. Akhirnya memutuskan untuk membeli setelah lebaran saja, untuk ngemil-ngemil cantik.

idulfitri

Itulah sekelumit cerita lebaran saya kali ini, semoga masih bisa berjumpa Ramadhan lagi tahun depan. Selamat memulai kembali kebiasaan-kebiasaan baik yang sudah tercipta ketika Ramadhan kemarin. Dan semoga jauh lebih baik dari hari kemarin. Tentang memaafkan? Cukup diri dan Tuhan saja yang tahu. 

No comments:

Post a Comment