21.8.17

Tebar Hewan Kurban di Bumi Moyo Utara, Sumbawa

Benar kata orang bijak: Visit new places, meet new people, take new roles, be rich. Pengalaman pola hidup yang berbeda akan meningkatkan wisdom. Alam terkembang jadi guru kalau filsafah minang.
“Nasi putih ini cukup disiram air putih saja 


tanpa sayur, tanpa daging, tanpa lauk apapun anak saya sudah terbiasa seperti itu dan tetap dimakan. Kami makan daging ketika ada tetangga acra syukuran, itupun tidak pasti. Kami makan daging setahun sekali ketika idul adha datang. Kami terbiasa masak diluar tanpa tungku “ Ibu penerima manfaat THK
“Saya bersyukur dengan kondisi apapun, maka saya bahagia. Dimanapun berada, tetaplah berbahagia. Jangan marah ke Tuhan kalau tidak ada harta berlimpah. Semua dihadapi dengan istri saya puluhan tahun dengan penuh kesabaran” pak Te
Ngomong-ngomong tentang kekayaan alam, Indonesia merdeka dan sapi :
Beberapa hari lalu saya baru saja diajak oleh tim DD untuk mengunjungi Sumbawa dalam rangka quality control (QC) program tebar hewan kurban. Gugusan pulau kecil, susu kuda liar, pacuan kuda, madu, rumah adat dari bambu adalah hal-hal sepintas yang terbersit dalam pikiran saya tentang Sumbawa. Wow banget…Ngebayangin ini akan jadi perjalanan ekstrim bagi saya, kenapa? Ini pengalaman pertama kali saya tentang bagaimana QC hewan kurban apalagi di pelosok negeri nun jauh disana, karena sebelumnya saya diberi rejeki sama Allah berpergian ke beberapa pelosok negeri sebagai geoscientist , sebagai moeslimah traveler serta sebagai teacher volunteer .
Perjalanan menuju Sumbawa diawali dengan penerbangan dari bandara Soekarno Hatta Jakarta pada pukul 17.40 WIB dan mendarat di bandara Lombok Praya pada pukul 20.45 WITA. Karena jumlah penerbangan ke Sumbawa yang relative sedikit bahkan hanya satu sampai tiga kali dalam sehari, itupun sepertinya melihat kondisi cuaca, saya dan tim DD menginap satu malam di Lombok dan melanjutkan penerbangan esok hari. Keesokan hari saya dan tim DD melanjutkan perjalanan ke Sumbawa dengan penerbangan pukul 09.45 WITA dan mendarat di bandara Kaharudin Sumbawa pada pukul 10.30 WITA. Gumpalan awan yang tipis dan ketinggian jelajah pesawat yang cukup rendah membuat hati berdecak kagum dengan pemandangan gugusan pulau-pulau kecil di sana, lautan, gunung, relief dataran rendah Sumbawa yang bisa terlihat , betapa Maha Besar dan Maha Sempurna nya Allah menciptakan semua itu dan betapa kaya nya Indonesia. (Lagi…Lagi..feeling excited)



Sesampainya dibandara, saya dan tim DD di jemput oleh mas syamsu (mitra DD) yang merupakan masyarakat lokal Sumbawa sekaligus mitra DD yang mengelola kegiatan pemberdayaan ternak di Sumbawa. Mas syamsu mengantar saya dan tim DD ke lokasi pemberdayaan ternak sekaligus disitu terdapat rumah sekretariat DD. Perjalanan dari bandara menuju rumah sekretariat ditempuh sekitar 30-45 menit. Lokasinya berada di desa Baru Tahan, kecamatan Moyo utara,Kabupaten Sumbawa. Sepanjang perjalanan dari bandara menuju rumah sekretariat saya melihat banyak potensi disana, dimulai dari pertanian jagung,padi dan peternakan sapi. Meskipun tanahnya gersang, tetapi sumber air sangat dekat dengan desa ini. Karena ada sungai besar yang bisa digunakan sumber air untuk pertanian. Saya juga berasal dari desa, tetapi ada pemandangan berbeda disini. Masyarakat disini sebagian besar bertani dan berternak, bahkan bibit-bibit jagung, pupuk dan obat2 tanaman pun diberikan secara gratis oleh kepala dinas pertanian disana yang memang membantu pemberdayaan masyarakat disana. Masyarakat disana memiliki kekayaan alam yang melimpah, tetapi dalam pendidikan masih sangat jauh dibawah bahkan kondisi ekonomi. Mereka perlu disupport dan well educate untuk bisa mengembangkan potensi daerahnya sehingga pemberantasan kemiskinan dan pendidikan yang lebih merata bisa tercipta.
3 hari dua malam saya dan tim DD tinggal di rumah sekretariat kerena memang tujuannya untuk melihat langsung lokasi pemberdayaan ternak, QC,melihat kondisi masyarakat penerima manfaat dan melihat lokasi distribusi hewan ternak. Sekeliling rumah sekretariat dipenuhi dengan kebun jagung yang sangat luas yang merupakan milik kelompok tani serta kandang sapi yang merupakan titik lokasi pemberdayaan ternak DD. Rumah sekre sendiri khas rumah adat daerah Sumbawa, terbuat dari kayu, bambu, atap seng, dan sebagian sudah ada yang dari batu bata. Oiya dari penuturan mas syamsu, rumah sekre ini merupakan hibah dari pak kepala dinas yang diperuntukkan bagi warga kelompok tani untuk berkumpul bersama.
Sesampai dirumah sekre saya sambil istirahat dan makan siang dengan menu khas Sumbawa yaitu Sangiang (kepiting dengan bumbu daun khas Sumbawa), dimana ikan maupun jenis seperti kepiting sangatlah mudah didapat, karena memang disediakan langsung oleh alam. Dipinggir sungai dekat hutan bakau pun masyarakat dengan mudah bisa menangkap ikan, kepiting dll. Makanan sehari-hari mengikuti makanan yang disajikan oleh penduduk. Selain sangiang ada ikan bakar, pisang goreng, sayur bening daun kelor, colo (sambal terbuat dari cabai rawit+tomat segar+jeruk lemon?+ bawang merah mentah). Saya jatuh cinta dengan colo (sambal), mungkin yang membuat beda adalah komposisi sambal mereka yang menyetrum lidah karena air jeruk, air tomat, dan kesegaran semua bahan tanpa dimasak terlebih dahulu.
Masyarakat disana sangat ramah dan menghormati tamu, hampir setiap malam para ibu-ibu memasak beramai-ramai di alam bebas bukan didapur, tepat di samping rumah sekre. Ada batu yang dijadikan tungku dan minyak tanah yang di gunakan untuk menyulut api, serta ranting pohon.



Di depan rumah sekre kurang lebih jarak 100 meter ada dua kandang sapi yang dikelola warga untuk pembesaran bibit sapi-sapi qurban. Inilah yang menjadi mitra tebar hewan qurban DD.
Kegiatan utama kami di desa baru Tahan adalah melakukan QC hewan kurban, mengecek lokasi distribusi hewan kurban, pemberdayaan ternak dan melihat kondisi ekonomi sosial masyarakat penerima manfaat. Hal ini dilakukan tentunya dengan maksud dan tujuan apakah hewan qurbannya sudah layak memenuhi standar syari dan standart DD, menentukan quota, bagaimana kondisi masyrakatnya.
Kegiatan QC THK sendiri ada beberap step yang sudah ditentukan oleh DD, antara lain:
1. Pengukuran bobot hewan qurban
Untuk pengukuran bobot perlu dilakukan pengukuran lebar dada (dari hasil pengukuran dikali dua) dan panjang badan yang diukur dari dada sampai dengan ekor, kemudian dihitung bobot berdasarkan rumus standar DD ditambah 20kg untuk standar deviasi pengukuran. Standar DD untuk bobot sapi qurban adalah 250Kg. Apabila sudah 250 kg maka sudah memenuhi kriteria dan layak untuk dijadikan hewan kurban. Menurut saya pengukuran ini valid karena menggunakan standar deviasi, dimana standar deviasi ini diperhitungkan untuk mengetahui nilai rata-rata dari keheterogenan suatu data.
2. Mata, jika ada warna merah pada kelopak mata maka kemungkinan ada cacat
3. Mulut dan gigi untuk cek umur apakah sudah dua tahun atau belum
4. Secara fisik, jika sapi tersebut sehat maka gesit gerakannya


Menurut saya, QC yang dilakukan DD memang benar-benar detail dan dilakukan step by step, serta diperuntukkan untuk semua hewan yang akan di qurbankan. Ini pengalaman ekstrim yang ada dalam hidup saya, karena sebelumnya saya belum pernah tahu cara2 qc hewan kurban, langkah2 yang dilakukan apa saja, bagaimana mengetahui hewan tersebut layak dan masuk criteria hewan qurban atau tidak. Dan yang bikin dag dig duer adalah berdiri didekat sapi yang kapan saja bisa menyepak badan, sempet diingetin berkali2 buat ngejauh dari kaki sapi yang belakang, karena udah limit mo nyepak aja itu sapi ha8. Oiya ada tips menjinakkan sapi yang dikasi para bapak peternak yaitu elus mata sapi atau bagian leher sapi, ini semacam tips ajaib, soale pas dipraktekkan emang bener itu sapinya jadi kalem2..(makasi tips nya bapak2 peternak di Sumbawa)
Melanjutkan perjalanan setelah QC beberapa sapi sambil melihat-lihat kawasan penduduk, saya dan tim DD beserta mas syamsu (mitra DD) disuguhi pemandangan yang luar biasa keren dan merupakan salah satu budaya khas masyarakat Sumbawa yaitu pacuan kuda. Sambil melihat anak-anak SD yang sejak kecil sudah menjadi joki dan dengan lincahnya mereka memacu kuda di arena pacuan kuda jadi pemandangan menakjubkan yang Allah perlihatkan dalam hidup saya. Anak-anak yang diusia masih sangat kecil, baru kelas dua atau tiga SD tetapi sudah mahir dalam pacuan kuda. Hal ini jadi turun temurun bagi masyrakat Sumbawa untuk mengajari mereka sejak kecil. Uniknya kuda-kuda disana punya nama sendiri-sendiri, ada namanya bidan desa. Unik-unik pokoknya disana namanya. Oiya sempat berinteraksi dengan anak-anak SD yang jadi Joki, buat mereka bermain kuda tidaklah menakkutkan, dengan gagah berani mereka membawa semacam tali dari rotan untuk memecut kuda. Semoga mereka juga mendaptkan pendidikan yang layak juga.


Hari berikut tidak kalah bikin jantung kayak mau copot, kegiatan menyusuri sungai dengan perahu kecil untuk melihat daerah distribusi hewan qurban. Ditemani mas syamsu dan para mitra DD, saya dan tim DD melakukan perjalanan menyusuri sungai melewati aliran sungai yang tenang ini menandakan sungai ini cukup dalam, kebayang gimana besok tantangan distribusi dengan medan seperti ini. Sungai dengan pemandangan kanan kiri penuh pohon bakau, ada sapi yang sedang digembala dipinggir sungai untuk mencari rumput sendiri, anak-anak kecil yang mandi disungai, kerbau yang sedang dimandikan, ada hamparan tanah gersang yang hanya ditumbuhi satu pohon atau beberapa pohon saja. Dipinggir2 sungai inilah kepiting ditangkap dengan mudah oleh penduduk, bahkan terlihat beberapa orang sedang memancing ikan. Aliran sungai ini menuju kelaut kearah pulau Moyo (Pulau yang sedang trending pariwisatanya). Benar-benar melimpah kekayaan alam disini, tetapi kondisi masyarakatnya justru jatuh terjun bebas dibawah garis kemiskinan.


Saat akan menyusuri sungai, sempat melewati rumah salah satu calon penerima hewan qurban. Rumahnya hanya terbuat dari bambu, hanya beralaskan potongan2 kayu, memasakpun diluar rumah (dialam bebas) hanya dengan potongan batu yang ditata dipinggir kemudian ditambah ranting2 pohon dengan cerek tergntung diatas bara api. Dengan lampu penerangan yang sangat minim yaitu lampu teplok (lampu dengan minyak tanah). Sempat bertanya tentang harga minyak tanah, mereka membeli dengan harga 4-5 ribu per liternya. Cerek kecil yang digantung dipohon asam, pohon asampun jadi sumber kehidupan mereka. Ibu penghuni rumah bercerita, setiap panen asam mereka menjual dengan harga 4ribu sampai lima ribu rupiah, dan itu digunakan untuk membeli kebutuhan sehari2. Tapi apakah pohon asam akan berbuah terus-menerus? Pastinya hanya saat musim tertentu. Keluarga ini bekerja /masuk sebagai kelompok pemberdayaan ternak DD dan bertani. Saya sempat duduk didekat tempat memasak, panas bara api luar biasa menyengat wajah sekaligus membuat mata berkaca-kaca, bekaca2 antara panas api dan luapan sedih karena melihat spt itu seperti mengoyak hati saya. Hati saya seperti terguncang dan bergetar beribu kali, air mata yang deras mengucur dan sama sekali tidak bisa saya kontrol jatuh dari pelupuk mata ketika Ibu penghuni rumah menyuapi anaknya yang baru berusia sekitar dua tahun dengan mengambil nasi putih kemudian disiram air putih tanpa lauk apapun dan itu sudah biasa dalam sehari2. Mereka hanya makan daging ketika ada hewan qurban, yang bearti hanya setahun sekali. Ya Allah, begitu banyak nikmat yang ak dustakan! (istigfar beribu kali).
Belum lagi ketika berkunjung ke rumah pak Te (salah satu penerima manfaat hewan qurban), ditengah sawah, hanya rumah terpal,tanpa tetangga, hanya dikelilingi sawah yang mungkin kapan saja ular dll datang menghampiri. Hanya setahun sekali mereka makan daging qurban, tapi mereka hidup luar biasa. Hidup penuh dengan kebersyukuran, tanpa harus marah sama Allah ketika tidak ada harta berlimpah, kata pak Te. Seperti ditampar berkali2 denger kalimat pak Te tentang bersyukurlah maka akan bahagia, bahagia dimana saja. Orang-orang seperti mereka ini yang jangan2 jauh lebih mengenal Tuhannya, lebih dekat dengan Tuhannya, lebih bersyukur, lebih merdeka dan bahagia. Saya membayangkan esok ketika daging qurban itu sampai dirumah mereka yang sederhana itu akan menjadi berjuta rasa syukur yang mereka panjatkan ke Allah dan senyum bahagia penuh ketulusan dari wajah-wajah mereka. Menurut saya apa yang diamanahkan donatur kepada DD benar-benar sampai kepada yang berhak menerima.


Melihat langsung proses qc,pemberdayaan ternak, daerah distribusi dan kondisi masyarakat penerima manfaat, dengan penuh rasa yakin tentang apa yang dilakukan DD, saya cuma mau bilang kepada seluruh masyarakat Indonesia dimanapun berada “Ayolah sisihkan rejeki untuk berqurban ke pelosok negeri, qurbanmu semoga jadi ladang ibadahmu didunia dan semoga kelak jadi bekal menghadap yang Maha Kuasa”
Saat berpamitan pun tiba, rasanya saya ingin berlama-lama disini untuk bercengkrama dengan masyarakat disini yang penuh keramahan. Ingin berbagi ilmu dan pengalaman serta belajar dengan masyarakat disana. Mereka yang dengan ramah dan penuh kebaikan hati memberi oleh2 dari hasil bumi mereka. Sekantung hasil bumi yang mereka berikan dengan penuh rasa cinta


Least but not last, terimakasih tim DD, khususnya mas syamsu dan masyarakat desa baru Tahan, kecamatan Moyo Utara

Note: Ini Cuma catatan sederhana digelap malam desa Baru Tahan sumbawa, bukan catatan hati seorang istri :D, semoga berkenan

No comments:

Post a Comment